Pengambilan keputusan dapat dianggap
sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa
pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif yang
tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan
final. Keluarannya bisa berupa suatu tindakan (aksi) atau suatu opini terhadap
pilihan.
Menurut ahli, Brinckloe: Pengambilan
keputusan adalah proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode
yang efisien sesuai situasi. Proses tersebut untuk menemukan dan menyelesaikan
masalah organisasi. Suatu aturan kunci dalam pengambilan keputusan ialah sekali
kerangka yang tepat sudah diselesaikan, keputusan harus dibuat.
Teknik pengambilan keputusan adalah
suatu penerapan ilmu dan teknologi untuk mengambil suatu keputusan dari sebuah
pilihan atau masalah yang dihadapi. Untuk membuat lebih terstruktur
proses-proses pengambilan keputusan, para pakar mengeluarkan metode-metode yang
membuat pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sistematis dan terarah
agar tujuan yang diinginkan tercapai.
Teknik-Teknik Pengambilan Keputusan yang dikemukakan oleh
pakar, Siagian, S.P, antara lain :
1. BrainstormingJika sekelompok orang dalam suatu
organisasi menghadapi suatu situasi problematic yang tidak terlalu rumit, dan
dapat diidentifikasikan secara spesifik mereka mengadakan diskusi dimana setiap
orang yang terlibat diharapkan turut serta memberikan pandangannya. Pada akhir
diskusi berbagai pandangan yang dikemukakan dirangkum, sehingga kelompok
mencapai suatu kesepakatan tentang cara-cara yang hendak ditempuh dalam
mengatasi situasi problematic yang dihadapi. Penting
diperhatikan dalam teknik ini yaitu:
·
Gagasan yang aneh dan
tidak masuk akal sekalipun dicatat secara teliti.
·
Mengemukakan sebanyak
mungkin pendapat dan gagasan karena kuantitas pandanganlah yang lebih
diutamakan meskipun aspek kualitas tidak diabaikan.
·
Pemimpin diskusi
diharapkan tidak melakukan penilaian atas sesuatu pendapat atau gagasan yang
dilontarkan, dan peserta lain diharapkan tidak menilai pendapat atau gagasan
anggota kelompok lainnya.
·
Para peserta
diharapkan dapat memberikan sanggahan pendapat atau gagasan yang telah
dikemukakan oleh orang lain.
·
Semua pendapat atau
gagasan yang dikemukakan kemudian dibahas hingga kelompok tiba pada suatu
sintesis pendapat yang kemudian dituangkan dalam bentuk keputusan.
2. Synetics
Seorang diantara anggota kelompok peserta bertindak selaku
pimpinan diskusi. Diantara para peserta ada seorang ahli dalam teori ilmiah
pengambilan keputusan. Apakah ahli itu anggota organisasi atau tidak, tidak
dipersoalkan. Pimpinan mengajak para peserta untuk mempelajari suatu situasi
problematik secara menyeluruh. Kemudian masing-masing anggota kelompok
mengetengahkan daya pikir kreatifnya tentang cara yang dipandang tepat untuk
ditempuh. Selanjutnya pimpinan diskusi memilih hasil-hasil pemikiran tertentu
yang dipandang bermanfaat dalam pemecahan masalah. Dan tenaga ahli menilai
melakukan penilaian atas berbagai gagasan emosional dan tidak rasional yang
telah disaring oleh pimpinan diskusi serta kemudian menggabungkannya dengan
salah satu teori ilmiah pengambilan keputusan dan tindakan pelaksanaan yang
diambil.
3. Consensus Thinking
Orang-orang yang terlibat dalam pemecahan masalah harus
sepakat tentang hakikat, batasan dan dampak suatu situasi problematik yang
dihadapi, sepakat pula tentang teknik dan model yang hendak digunakan untuk
mengatasinya. Teknik ini efektif bila beberapa orang memiliki pengetahuan yang
sejenis tentang permasalahan yang dihadapi dan tentang teknik pemecahan yang
seyogyanya digunakan. Orang-orang diharapkan mengikuti suatu prosedur yang
telah ditentukan sebelumnya. Kelompok biasanya melakukan uji coba terhadap
langkah yang hendak ditempuh pada skala yang lebih kecil dari situasi
problematik yang sebenarnya.
3. Consensus Thinking
Orang-orang yang terlibat dalam pemecahan masalah harus
sepakat tentang hakikat, batasan dan dampak suatu situasi problematik yang
dihadapi, sepakat pula tentang teknik dan model yang hendak digunakan untuk
mengatasinya. Teknik ini efektif bila beberapa orang memiliki pengetahuan yang
sejenis tentang permasalahan yang dihadapi dan tentang teknik pemecahan yang
seyogyanya digunakan. Orang-orang diharapkan mengikuti suatu prosedur yang
telah ditentukan sebelumnya. Kelompok biasanya melakukan uji coba terhadap
langkah yang hendak ditempuh pada skala yang lebih kecil dari situasi
problematik yang sebenarnya.
4. Delphi
Umumnya digunakan untuk mengambil keputusan meramal masa
depan yang diperhitungkan akan dihadapi organisasi. Teknik ini sangat sesuai
untuk kelompok pengambil keputusan yang tidak berada di satu tempat. Pengambil
keputusan menysun serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan suatu situasi
peramalan dan menyampaikannya kepada sekelompok ahli. Para ahli tersebut
ditugaskan untuk meramalkan, apakah suatu peristiwa dapat atau mungkin terjadi
atau tidak. Jawaban dari anggota kelompok tadi dikumpulkan dan masing-masing
anggota ahli mempelajari ramalan yang dibuat oleh masing-masing rekannya yang
tidak pernah ditemuinya. Pada kesempatan berikutnya, rangkaian pertanyaan yang
sama dikembalikan kepada para anggota kelompok dengan melampirkan jawaban yang
telah diberikan oleh para anggota kelompok pada putaran pertama serta hal-hal
yang dipandang sudah merupakan kesepakatan kelompok. Apabila pendapat seseorang
ahli berbeda maka memberikan penjelasannya secara tertulis. Tiap-tiap jawaban
diberikan kode tertentu sehingga tidak diketahui siapa yang memberikan jawaban.
Jawaban tersebut di atas dilakukan dengan beberapa putaran. Pengedaran daftar
pertanyaan dan analisa oleh beberapa ahli dihentikan apabila telah diperoleh
bahan tentang ramalan kemungkinan terjadi sesuatu peristiwa di masa depan.
5. Fish bowling
Sekelompok pengambil keputusan duduk pada suatu lingkaran,
dan di tengah lingkaran ditaruh sebuah kursi. Seseorang duduk di kursi tersebut
hanya dialah yang boleh bicara untuk mengemukakan pendapat ide dan gagasan
tentang suatu permasalahan. Para anggota lain mengajukan pertanyaan, pandangan
dan pendapat. Apabila pandangan orang yang duduk di tengah tersebut telah
dipahami oleh semua anggota kelompok dia meninggalkan kursi dan digantikan oleh
orang yang lain untuk kesempatan yang sama. Setelah itu semua pandangan
didiskusikan sampai ditemukan cara yang dipandang paling tepat.
6. Didactic interaction
Digunakan untuk suatu situasi yang memerlukan jawaban “ya”
atau “tidak”. Dibentuk dua kelompok, dengan satu kelompok mengemukakan pendapat
yang bermuara pada jawaban “ya” dan kelompok lainnya pada jawaban “tidak”.
Semua ide yang dikemukakan baik pro maupun kontra dicatat dengan teliti.
Kemudian kedua kelompok bertemu dan mendiskusikan hasil catatan yang telah
dibuat. Pada tahap berikutnya terjadi pertukaran tempat. Kelompok yang tadinya
mengemukakan pandangan pro beralih memainkan peranan dengan pandangan kontra.
7. Collective Bargaining
Dua pihak yang mempunyai pandangan berbeda bahkan bertolak
belakang atas suatu masalah duduk di satu meja dengan saling menghadap.
Masing-masing pihak datang dengan satu daftar keinginan atau tuntutan dengan
didukung oleh berbagai data, informasi dan alasan-alasan yang diperhitungkan
dapat memperkuat posisinya dalam proses tawar-menawar yang terjadi. Jika pada
akhirnya ditemukan bahwa dukungan data dan informasi serta alasan-alasan yang
dikemukakan oleh kedua belah pihak mempunyai persamaan, maka tidak terlalu
sukar untuk mencapai kesepakatan. Tetapi sebaliknya, pertemuan berakhir tanpa
hasil yang kemudian sering diikuti dengan timbulnya masalah yang lebih besar.
Berikut beberapa Metode Pengambilan Keputusan :
1. Elementary Methods (Metode dasar)
Metode pendekatan ini sangat simple, dan
membutuhkan perhitungan untuk mendukung analisis. Metode ini sesuai untuk
keadaan di mana masalah hanya diselesaikan oleh satu orang saja, alternatif
yang terbatas dan ada karakter yang unik di lingkungan pembuatan keputusan.
2. MAUT (Multi-Attribute Utility Theory)
Metode ini menggunakan skala prioritas antara 0-1 untuk
membantu dalam pembuatan keputusan di organisasi. Hasil dari prioritas itu
dapat digunakan sebagai pembuat keputusan.
3. SMART (Simple Multi Attribute Rating Techniqu)
MCDA umumnya mempunyai masalah yang
memiliki salah satu dari sejumlah alternatif. Alternatif tersebut
didasarkan pada seberapa baik dalam penilaian hal yang
dipilih. Kriteria dan nilai atau score-nya dibuat
oleh si pembuat keputusan. Setelah memberikan penilaian terhadap
alternatif dijumlahkan sesuai masing-masing kriteria dan
kemudian diurutkan sesuai jumlahscore. Urutan hasil yang telah
didapatkan oleh pembuat keputusan adalah hasil keputusan. NGT adalah suatu metode untuk mencapai
konsensus dalam suatu kelompok dalam membuat keputusan. Teknik ini mengumpulkan
ide-ide dari tiap peserta atau anggota organisasi kemudian memberikan voting dan
rangking terhadap ide-ide yang mereka pilih. Ide yang dipilih adalah ide yang
paling banyak score-nya, yang berarti merupakan konsensus bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar